Penjelasan Terjadinya Krisis Pangan Akibat Pemanasan Global
13.59
Lagu Lawas Indonesia
NEW YORK - Badan khusus PBB yang fokus terhadap perubahan iklim, IPCC, mengatakan salah satu dampak dari pemanasan global beberapa dekade mendatang adalah kurangnya pasokan pangan. Bagaimana sebenarnya itu bisa terjadi?
Peneliti bidang Observatorium Bumi dari Columbia University berhasil mengungkapkan kekeringan adalah penyebab dari kurangnya pasokan pangan pada 2050 hingga 2100 mendatang.
Peneliti bidang Observatorium Bumi dari Columbia University berhasil mengungkapkan kekeringan adalah penyebab dari kurangnya pasokan pangan pada 2050 hingga 2100 mendatang.
Kekeringan ini disebabkan oleh meningkatnya suhu Bumi seperti yang sudah dirasakan sekarang ini, dan diprediksi akan meningkat beberapa puluh tahun selanjutnya. Suhu yang bertambah panas berarti meningkatnya penguapan, serta pengeringan tanah yang bisa mengakibatkan risiko signifikan bagi pertanian global.
"Peningkatan penguapan tak hanya mengintensifkan pengeringan di daerah di mana curah hujan sudah berkurang, tapi juga mendorong suatu daerah mengalami kekeringan," tulis penelitian tersebut seperti dilansir Salon.com, Jumat (4/4/2014).
Kekeringan ini berpotensi terjadi pada 30 persen dari seluruh luas daratan Bumi, sedangkan curah hujan hanya akan ada sebanyak 12 persen pada saat itu. Yang tentu saja tak akan cukup untuk 'membasahi' Bumi. Masalah kekeringan ini dikatakan mulai terjadi pada daerah Amerika Serikat bagian tengah dan tenggara China. Dua wilayah ini disebut memiliki masalah dalam penyerapan air tanah.
Salah satu peniliti, Ben Cook, mengumpamakan kekeringan dan curah hujan di masa datang seperti ember airnya diambil lebih banyak ketimbang diisi kembali dengan air hujan. "Ini seperti Anda terus menguras air di ember tersebut lebih banyak ketimbang Anda mengisi airnya kembali," jelasnya. Dan fenomena ini akan berakhir pada kekeringan.
(amr)
"Peningkatan penguapan tak hanya mengintensifkan pengeringan di daerah di mana curah hujan sudah berkurang, tapi juga mendorong suatu daerah mengalami kekeringan," tulis penelitian tersebut seperti dilansir Salon.com, Jumat (4/4/2014).
Kekeringan ini berpotensi terjadi pada 30 persen dari seluruh luas daratan Bumi, sedangkan curah hujan hanya akan ada sebanyak 12 persen pada saat itu. Yang tentu saja tak akan cukup untuk 'membasahi' Bumi. Masalah kekeringan ini dikatakan mulai terjadi pada daerah Amerika Serikat bagian tengah dan tenggara China. Dua wilayah ini disebut memiliki masalah dalam penyerapan air tanah.
Salah satu peniliti, Ben Cook, mengumpamakan kekeringan dan curah hujan di masa datang seperti ember airnya diambil lebih banyak ketimbang diisi kembali dengan air hujan. "Ini seperti Anda terus menguras air di ember tersebut lebih banyak ketimbang Anda mengisi airnya kembali," jelasnya. Dan fenomena ini akan berakhir pada kekeringan.
(amr)